Skip to main content

Perang Orang Tua dalam Pendidikan Masa Kini

Poster Drama Dr. Frost, sumber: wikipedia.org


Apakah anda sering mendengar tentang drama korea? Tentu saja, drama korea tidak asing di masyarakat Indonesia terutama  remaja perempuan hingga ibu muda. Drama korea dapat menjadi hiburan dan pengisi waktu luang bagi mereka. Drama korea memiliki berbagai tema dan konflik yang seringkali berbeda dengan sinetron Indonesia. Hal tersebutlah yang menarik minat ibu muda. Sementara, latar belakang, aktor, dan bahasa yang berbeda dapat membentuk rasa penasaran bagi remaja. 


Saya sendiri termasuk penggemar drama korea. Bagi saya, drama korea memiliki jalan cerita yang menarik dan banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Saya sangat menyukai drama korea yang bertemakan medis dan hukum karena saya mahasiswa kedokteran. Drama korea yang bertemakan medis memberikan gambaraan tentang dunia kedokteran sesungguhnya sehingga banyak sekali hal yang dapat dipelajari, mulai dari cara menangani kasus klinis hingga masalah dilema etik kedokteran.


Baru-baru ini saya menonton drama korea bertemakan psikologi yang berjudul Dr. Frost. Drama ini menceritakan beberapa ahli kejiwaan yang menyelesaikan kasus-kasus penyakit kejiwaan seperti gangguan kepribadian dependen/bergantung, gangguan kepribadian ambang, dan beberapa kasus pembunuhan maupun bunuh diri yang dilatarbelakangi oleh penyakit jiwa.  Drama ini memiliki konflik yang cukup rumit  dan istilah-istilah medis dalam psikologi yang jarang diketahui oleh orang awam. Konflik yang unik dan dikemas dengan alur yang rapi membuat penonton semakin penasaran dengan lanjutan cerita. 


Saya belajar banyak hal menarik dari drama ini. Drama ini menceritakan pula latar belakang dari pasien dengan penyakit kejiwaan. Faktor keluarga merupakan penyebab terbanyak dari penyakit kejiwaan dalam drama ini. Keluarga terutama orang tua adalah pembentuk karakter anak paling utama dalam kehidupan. Orang tua yang penuh kasih sayang akan membentuk karakter anak yang penyayang. Begitu pula dengan orang tua yang sering memukul anaknya akan membentuk karakter anak yang ringan tangan. Anak akan meniru apa yang telah dilakukan oleh orangtuanya.  Selain itu, dalam drama ini mengisahkan berbagai gangguan kepribadian yang disebabkan kurangnya perhatian maupun tuntutan dari orang tua. Tekanan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya akan berefek pada faktor psikis anak sehingga menjadi salah satu peyebab dari penyakit kejiwaan. 


Salah satu kasus yang terdapat di dalam drama adalah gangguan kepribadian ambang. Pasien yang memiliki gangguan kepribadian ambang memiliki kebiasaan membahayakan dirinya sendiri atau nekad bunuh diri, emosi yang tidak stabil, dan takut ditinggal oleh orang terdekatnya. Penyebab gangguan kepribadiaan pada pasien ini adalah orangtua yang tidak perhatian dan selalu membandingkan pasien dengan kakak pasien. Meskipun demikian, pasien merasa kakaknya adalah sosok sempurna yang menerima kekurangan pasien sehingga pasien selalu takut untuk ditinggalkan kakaknya. Saat kakaknya memiliki kekasih, pasien akan mencari cara untuk merebut kekasihnya hal ini untuk menarik perhatian sang kakak. 


Selain itu drama ini menceritakan tentang kasus  bunuh diri yang dilatarbelakangi oleh faktor keluarga. Penyebabnya adalah karena tuntutan dari keluarga yang tidak sesuai dengan dirinya. Orang tua memang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya sebagai wujud rasa sayang mereka, namun seringkali tuntutan dari orangtua justru tidak sesuai dengan keinginan sang anak. Anak dengan kepribadian tertutup seringkali sulit mengatakan hal yang diinginkan dan sungkan untuk menolak, sehingga saat ada di titik jenuh, sang anak akan merasa tuntutan semakin berat sehingga jalan pintas untuk mengakhiri hidup pun dipilih. Selain itu, orang tua yang sibuk dengan pekerjaan akan kurang memperhatikan perkembangan anak sehingga anak tidak mendapatkan solusi atas masalahnya. 
sumber: Dokumentasi pribadi

Peran orang tua memang sangat besar dalam proses pendidikan anak. Berhasilnya pendidikan bukan hanya dinilai dari pandai berhitung, pandai membaca, atau masuk ke sekolah unggulan. Pendidikan mencakup seluruh aspek kehidupan. Aspek yang seringkali dilupakan adalah kemandirian anak dalam mencari solusi atas masalahnya. Tentu saja aspek ini sangat memerlukan bantuan dari orang tua. Orang tua perlu membimbing anaknya dalam memecahkan masalah agar anak tidak berpikir dangkal dan dengan mudah mengakhiri hidupnya. Selain itu, orang tua juga dapat menjadi agen pencegahan gangguan mental. Tekanan yang berlebih atau stres memiliki faktor risiko paling tinggi terhadap gangguan mental. Tekanan berawal dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan. 


Saat seorang anak gagal, langkah yang perlu dilakukan adalah tetap mendukung anak. Jika bukan orang tua yang mendukung, siapa lagi yang akan menerima kegagalan anak? Bahkan seorang anak yang gagal seringkali tidak menerima kegagalan atas dirinya. Anak pun akan menyalahkan diri sendiri atas kegagalannya. Perasaan bersalah ini dapat menjadi faktor pencetus dari bunuh diri. Hal ini dikarenakan tidak ada yang menghargai diri sang anak. Dukungan orang tua sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Orang tua yang mendukung sang anak akan membantu anak meningkatkan kepercayaan diri anak. Anak akan merasa dihargai atas jerih payahnya meskipun dia gagal. 


Di zaman modern saat ini, ilmu pengetahuan tidak hanya didapatkan dari buku dan guru di sekolah saja. Informasi dapat dengan mudah ditemukan melalui internet. Internet akan membantu guru dan orang tua dalam proses belajar anak. Saya sendiri pun merasakan manfaat internet, mulai dari mendapatkan jurnal yang dibutuhkan untuk tugas hingga menonton drama korea yang saya sukai. Namun, tidak selamanya internet berdampak positif terutama bagi anak-anak.Selain internet memiliki konten yang baik, dengan mudah dapat ditemukan konten yang buruk pula. Pada usia anak-anak hingga remaja, mereka dapat dengan mudah meniru hal yang mereka lihat. Orang tua perlu mengawasi dan memberikan pemahaman pada anak konten apa saja yang boleh dan konten yang tidak boleh mereka lihat.


Internet memang memiliki banyak sekali informasi yang didapatkan namun anak tetap perlu seseorang sebagai dicontoh dalam bersosialisasi. Perilaku dan sikap yang baik sulit jika hanya dilihat dari internet saja. Sehingga anak perlu contoh nyata dalam bersikap. Orang tua yang selalu berkata baik akan menciptakan anak dengan perkataan baik. Sebaliknya, anak akan meniru perkataan dari orang tua yang berkata kasar. Orang tua perlu mengajarkan sikap menghormati dan menghargai orang lain. Orang tua pun perlu mengajarkan anak sedini mungkin dalam menghormati guru sebagai tenaga pendidik. Di era teknologi ini, tidak jarang ditemukan anak yang kurang menghargai gurunya. Hal ini dapat disebabkan karena anak merasa ilmu tidak hanya dapat diperoleh dari guru. Apabila anak memberikan informasi mengenai guru yang memarahi, orang tua perlu mengkonfirmasi terlebih dahulu kesalahan anaknya. Sehingga tidak langsung membela anak hingga melaporkan guru tersebut ke komisi perlindungan anak. Komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua akan memberikan dampak yang baik dalam pendidikan anak.
 
Orang tua memang selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Namun, fasilitas saja tidak cukup dalam mendidik anak. Anak dan remaja di usia sekolah memerlukan kasih sayang serta pengawasan dari orang tua. Orang tua dan guru perlu bersikap selaras dalam mendidik anaknya sehingga komunikasi antara orang tua dan guru diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sang anak. Perkembangan teknologi yang didukung keterlibatan orang tua dalam mengawasi dan mendidik akan menciptakan anak yang dapat berkompetisi dengan tetap menjaga tradisi.
#sahabatkeluarga
  R.Fatharani


Referensi:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4848 
https://medlineplus.gov/personalitydisorders.html
https://www.alodokter.com/bpd-borderline-personality-disorder
https://id.wikipedia.org/wiki/Dr._Fros

Comments

Popular posts from this blog

DRAMA DRAMA

nah guys,tadi tuh ambil nilai drama yah gue ceritaiin deh.nyeh nyeh.nah pas bu ratni yang ramah masuk gue lagi siap-siap gitu pake kunciran dua. STYLISH GUE IMEH LOWCH.akaka nah rambut gue dimainin tuh sama imeh haha.thanks me jadi lucu haha.nah pas rambut gue seperti itu banyak yang bilang "rakhmi hahaha jadi beda" dan ime selalu bilang "kamu lebih manis" pantes aja banyak semut meh di badan gue.(garing mode on).nah gak tau deh ime muji atau nyindir tapi kayaknya nyindir deh.haha.nah bu ratni langsung memanggil KELOMPOK 1.yah gue sih nyante karena KELOMPOK 2.eh si abyan sama andi ngotot banget bilang "bu diacak aja bu katanya kemaren diacak".gila ya ckckck was was tuh gue yah berdoa aja.nah bu ratni bilang "dua menit cepat kamu buat kocokan" apa deh gitu yang pasti intinya itu (gue gak denger karena lagi bercanda sama ime).nah si abyan dengan kebahagiannya itu membuat kocokan gitu.nah lo takut banget gue.akhirnya selesai tuh.nah perwakilan kelo

Pesan dari Korlas x.6

Dear X.6 angkatan 36, Kebetulan gue lagi gak ngablu, I just wanna say something for you.  Ini pertama kalinya kepanitian MOPD buat gue. Saat ditanya mau jadi apa sama Kak Audy. Gue jawab. Korlas. Gue gak tau alesan gue jadi korlas apa. Jujur saat itu pikiran yang terlintas sangatlah ngablu. Gue pengen diajak bukber. Dan setelah gue menjalani semua tugas serta bersama kalian, pikiran gue berubah.  Awalnya gue sangat berterima kasih ke kakak inti dan sc yang mempercayai jabatan sebagai korlas ke gue. Gue masih kurang percaya aja kalo mereka mempercayai gue dengan jabatan itu. Apa karena muka gue yang lemah lembut dan sangat penolong?-_-oke mulai ngablu. Apapun alasannya, gue senang karena kali ini gak di php-in.  Saat diumumin di aula atas yaitu kelas X3, gue melihat nama gue di daftar korlas kelas X6. Dan gue sedikit kaget ngeliat nama arkaan di situ juga. Ada apa dengan Arkaan? Ada apa dengan tijel? Mengapa duo tijel dipersatukan? Entahlah jangan jangan mereka ingin membuat

Spextrum

So, here I am. Lonely. Alone. Kalo kata Rezdi sih 'lebih baik sendiri daripada ditemani oleh orang buruk. Eh intinya gitu deh pokoknya. Kalo di pikir pikir bener juga sih tapi hati gue berkata lain. Salah wey salah. Siapa tau orang buruk itu malah membawa kita ke suatu kesempatan yang gak akan pernah kita duga. ye gak? Kita mah gak tau apa apa. Oke skip dari  pada makin tijel mending lanjut ngomongin sesuatu. Jadi gue galau. Gue gak tau apa alesan galau kali ini. Putus harapan? Patah hati? Orang yang gue suka menyukai orang lain? Atau......masalah penjurusan? Yang terakhir kayaknya rada gakmungkin. Gue hanya ingin menjalani apa yang udah ada aja deh. Oke penjurusan tuntas. Kedua dari akhir? Gue aja gak suka sama siapa-siapa. Kecuali ekhm bang....mungkin. Tapi ya bodo amat deh. Daripada galau mending kita cerita tentang...SPEXTRUM! Gue yang ngebacain puisi buatan Reza tentang spextrum. Dan pas latian 15 menit sebelum tampil atau beberapa menit setelah puisi dateng, penghayatan