Skip to main content

Dalang dan Wayang

Akhir-akhir ini saya banyak bertanya tentang sebuah sistem. Sistem yang menjadikan orang di sekeliling saya mengeluh, berbuat curang, sampai ngomongin orang. Saya pun masih bertanya yang salah itu siapa. Mungkin sistem yang salah. Tapi toh ada dalang dari setiap sistem kan? Sistem itu dijalankan pasti ada alasan kan? Lalu siapa 'sang dalang' tersebut? 

Sebenarnya sistem ini bagus. Sangat bagus sampai beberapa orang yang tidak menjalankannya memuji dan mendukung. Namun, sistem yang bagus ini belum sempurna sehingga menurut saya pribadi belum dapat dijalankan. Sempurna engganya bisa dilihat dari kesiapan dalang dan wayangnya juga alur ceritanya.

Sebenarnya, siapkah saya dan pemain lainnya menjalankan skenario si dalang? Saya rasa belum semua. Beberapa memang siap dengan menjalankan berbagai cara, Namun, beberapa lainnya masih 'cacat' untuk menjalankan skenarionya. Termasuk saya. 

Kami tidak memiliki panduan dan panutan untuk sistem ini. Kami pun tidak memiliki suara untuk memprotesnya. Kami sendiri mengakui sistem ini bagus. Hanya saja kami belum siap. Setahun sudah saya dan teman-teman menjalani sistem yang tidak pasti. Seperti perahu, kami terombang-ambing di sebuah sistem. Belum ada kepastian mau di bawa alur ceritanya. Bagaimana jika kapalnya karam? Bagaimana jika kapalnya tenggelam? Kami bahkan tidak tahu punya pelampung atau tidak. 

Di saat sistem lainnya berjalan sudah pasti -tidak sebaik sistem kami- dapat berakhir sampai tujuan dengan selamat sentausa, kami yang masih terombang ambing ini ragu untuk bertahan. Jika terus menerus seperti ini, kami bahkan tidak yakin bisa menuju akhir cerita yang diimpikan. Di daratan yang kami tuju, ada banyak sekali orang-orang dari beda perahu yang berasal dari laut tenang dan mereka sampai dengan sehat sehingga mampu bersaing dengan banyak penumpang atau wayang lainnya. 

tapi, kami?

Apakah kami mampu untuk bersaing dengan pertunjukkan wayang lain? Atau penumpang lain? Belum. Belum tahu. Tapi untuk sekarang, saya pesimis. Saya cukup pesimis memiliki alur cerita indah seperti yang diharapkan. Saya cukup pesimis perahu yang sedang sayang naiki sekarang dengan ombak yang cukup tinggi dapat membawa saya ke daratan. Saya masih belum tahu. Dan oleh karenanya, saya menangis dan mengeluh setiap mengingatnya. 

Saya seringkali mendengar kabar dari perahu lain. Sistemnya yang pasti tersebut menguntungkan si wayang dan dalang. Si wayang mungkin belum tahu apa yang ada di daratan tersebut, namun mereka telah memiliki pelampung untuk itu. untuk berjaga agar tidak tenggelam. Air yang tenang yang membawa mereka sehingga kemungkinan tenggelamnya minim. 

Seorang kakak sejawat berujar, yang membuat saya tersentak dan terus memikirkan meskipun material bukan tujuan utama saya, meskipun prioritas utama saya ilmu, hal ini membuat saya merasa sangat pesimis. Luar biasa pesimis. Karena saya bukan seseorang yang sangat cerdas dan pandai berdamai dengan sistem atau alur cerita. Jadi, si kakak berujar.

"Sistem kalian bagus, tapi saya khawatir kalian tidak laku."


paham?

Comments

Popular posts from this blog

DRAMA DRAMA

nah guys,tadi tuh ambil nilai drama yah gue ceritaiin deh.nyeh nyeh.nah pas bu ratni yang ramah masuk gue lagi siap-siap gitu pake kunciran dua. STYLISH GUE IMEH LOWCH.akaka nah rambut gue dimainin tuh sama imeh haha.thanks me jadi lucu haha.nah pas rambut gue seperti itu banyak yang bilang "rakhmi hahaha jadi beda" dan ime selalu bilang "kamu lebih manis" pantes aja banyak semut meh di badan gue.(garing mode on).nah gak tau deh ime muji atau nyindir tapi kayaknya nyindir deh.haha.nah bu ratni langsung memanggil KELOMPOK 1.yah gue sih nyante karena KELOMPOK 2.eh si abyan sama andi ngotot banget bilang "bu diacak aja bu katanya kemaren diacak".gila ya ckckck was was tuh gue yah berdoa aja.nah bu ratni bilang "dua menit cepat kamu buat kocokan" apa deh gitu yang pasti intinya itu (gue gak denger karena lagi bercanda sama ime).nah si abyan dengan kebahagiannya itu membuat kocokan gitu.nah lo takut banget gue.akhirnya selesai tuh.nah perwakilan kelo

Pesan dari Korlas x.6

Dear X.6 angkatan 36, Kebetulan gue lagi gak ngablu, I just wanna say something for you.  Ini pertama kalinya kepanitian MOPD buat gue. Saat ditanya mau jadi apa sama Kak Audy. Gue jawab. Korlas. Gue gak tau alesan gue jadi korlas apa. Jujur saat itu pikiran yang terlintas sangatlah ngablu. Gue pengen diajak bukber. Dan setelah gue menjalani semua tugas serta bersama kalian, pikiran gue berubah.  Awalnya gue sangat berterima kasih ke kakak inti dan sc yang mempercayai jabatan sebagai korlas ke gue. Gue masih kurang percaya aja kalo mereka mempercayai gue dengan jabatan itu. Apa karena muka gue yang lemah lembut dan sangat penolong?-_-oke mulai ngablu. Apapun alasannya, gue senang karena kali ini gak di php-in.  Saat diumumin di aula atas yaitu kelas X3, gue melihat nama gue di daftar korlas kelas X6. Dan gue sedikit kaget ngeliat nama arkaan di situ juga. Ada apa dengan Arkaan? Ada apa dengan tijel? Mengapa duo tijel dipersatukan? Entahlah jangan jangan mereka ingin membuat

Spextrum

So, here I am. Lonely. Alone. Kalo kata Rezdi sih 'lebih baik sendiri daripada ditemani oleh orang buruk. Eh intinya gitu deh pokoknya. Kalo di pikir pikir bener juga sih tapi hati gue berkata lain. Salah wey salah. Siapa tau orang buruk itu malah membawa kita ke suatu kesempatan yang gak akan pernah kita duga. ye gak? Kita mah gak tau apa apa. Oke skip dari  pada makin tijel mending lanjut ngomongin sesuatu. Jadi gue galau. Gue gak tau apa alesan galau kali ini. Putus harapan? Patah hati? Orang yang gue suka menyukai orang lain? Atau......masalah penjurusan? Yang terakhir kayaknya rada gakmungkin. Gue hanya ingin menjalani apa yang udah ada aja deh. Oke penjurusan tuntas. Kedua dari akhir? Gue aja gak suka sama siapa-siapa. Kecuali ekhm bang....mungkin. Tapi ya bodo amat deh. Daripada galau mending kita cerita tentang...SPEXTRUM! Gue yang ngebacain puisi buatan Reza tentang spextrum. Dan pas latian 15 menit sebelum tampil atau beberapa menit setelah puisi dateng, penghayatan