Akhir-akhir ini gua dilanda kegalauan. Bukan galau nyari pasangan, karena toh gue belum siap nikah. Gua galau akan amanah yang ditawarkan. Amanah yang ditawarkan berat tapi menarik buat gua. Amanah ini menarik karena menyenangkan untuk dijalani. Amanah ini banyak diincar orang lain pula. Tadinya gua ingin memikul amanah ini, tapi karena ada syarat-syarat tertentu akhirnya gua mengurungkan niat. Ternyata, gua malah ditawari bukan meminta.
Seharusnya gua langsung menerima tawaran itu. Itu kan impian gua dulu. Tapi masalahnya, ada beberapa hal yang membuat gua mikir ulang. Amanah ini impian tapi besar. Sementara, ada amanah lain yang sedang gua panggul. Amanah yang tidak enteng pula. Dengan bodohnya. di awal gua menolak tawaran itu karena merasa gua gak sanggup dan takut cuma jadi pato buat amanah itu. Tapi sang penawar amanah ini terus memaksa dan meyakinkan gua. Dia menepis semua pertanyaan gua, menjawab tanpa ragu, dan dengan yakin. Tetep aja gua mikir-mikir. Ujung-ujungnya dia ngasih waktu sampai abis ujian.
Ngotot banget kan? Ngeselin juga. Gua udah nolak dua kali tapi dia tetep mau nunggu. Seandainya nunggunya untuk....... ahsudahlah. Karena gua dilema, gua nanya ke temen-temen, sahabat, dan lainnya. Jawabannya sama semua "kalau sanggup ya terima, kalau engga ya jangan. kalau aku sih gak sanggup." Gua bingung, kalau memang gue gayakin, gue bakal langsung nolak lagi kan? karena jawaban beberapa orang terdekat gue seperti itu. Tapi mereka ternyata tidak mengerti gue seperti apa.
Akhirnya gue nyari pendapat ke seseorang yang hebat dibidangnya. Kakak kelas dari sma sampai skrg kuliah. Amanahnya banyak, aktivis, akademisi, pokoknya panutan banget. Saat gue nanya ke dia. Dia justru marahin gue. Gue terlalu berbasa basi dan gak langsung nanya amanah yang ditawari. Dia bilang ke gue kalo gue akan menyesali kalau menolak. Dia pun bilang kalau gue gak butuh masukan, gue cuma perlu diyakinkan untuk ngambil. Dan yeah, gue pun ngambil. Si penawar amanah pun langsung seneng di chatnya.
Kehidupan di sma gue memang luar biasa. Mengubah kepribadian gue dan pikiran gue. Bertemu dengan orang-orang luar biasa yang sekarang masih menjadi luar biasa di organisasi. Sementara gue? Gue baru akan mencoba untuk memulainya. Dan gue berharap pilihan yang gue ambil ini bukan langkah yang salah. Bukan cuma untuk mengatasi kerinduan gue akan SMA tapi memang karena gue menyukainya. Ya, smansa. Kau yang membuatku mencintai organisasi, rapat, acara, kegiatan, sibuk, berperang dengan waktu, dan lainnya. Semoga bekal smansa gue ini bisa membuat gue bertahan dengan amanah yang ditawarkan.
ohya ada quotes cinta dari penulis novel Tuhan Maha Romantis
"Kita tidak bisa memilih kapan dan pada siapa kita jatuh cinta, tapi kita selalu bisa memilih kapan dan pada siapa kita mencintai."
Ganyambung sih tapi terinspirasi gara-gara ikut seminar kemuslimahan tadi wihihi:3
Comments
Post a Comment